Kerapuhan dalam Maskulinitas Hegemonik Pangeran: Kajian Komparatif Hikayat Raja Damsyik dan Wawacan Ahmad Muhammad

DOI: https://doi.org/10.26618/ggkfj072

Penulis

  • Indah Wahyuni Universitas Indonesia
  • Rias Antho Rahmi Suharjo Universitas Indonesia

Abstrak

Penelitian ini mengkaji konstruksi maskulinitas hegemonik dan kerentanannya dalam dua teks sastra tradisional: Hikayat Raja Damsyik (HRD) dari tradisi Melayu dan Wawacan Ahmad Muhammad (WAM) dari tradisi Sunda. Latar belakang masalah penelitian ini adalah pentingnya menelaah bagaimana narasi petualangan pangeran dalam sastra tradisional bukan hanya menggambarkan kepahlawanan, tetapi juga merepresentasikan struktur gender yang hegemonik dan kompleks. Permasalahan penelitian ini terletak pada bagaimana representasi maskulinitas hegemonik dibentuk, dijalankan, dan diruntuhkan dalam konteks budaya Melayu dan Sunda. Penelitian bertujuan membandingkan representasi maskulinitas pada tokoh pangeran dalam HRD dan WAM dengan menggunakan kerangka teori maskulinitas R.W. Connell dan teori sastra komparatif Susan Bassnett. Temuan menunjukkan bahwa maskulinitas hegemonik dalam HRD dibangun melalui simbol status, legitimasi kebangsawanan, dan relasi spiritual, sedangkan dalam WAM, maskulinitas dibangun melalui pengaruh simbolik, negosiasi ekonomi, dan performa emosional. Selain itu, terdapat praktik cathexis yang menunjukkan bagaimana hasrat dan afeksi turut menjadi alat produksi kekuasaan maskulin. Simpulan penelitian menegaskan bahwa maskulinitas hegemonik dalam teks-teks ini bersifat rapuh dan senantiasa dinegosiasikan, baik melalui resistensi tokoh perempuan maupun melalui kelemahan internal dalam figur laki-laki itu sendiri. Penelitian ini berkontribusi dalam memperluas pemahaman terhadap kompleksitas representasi gender dalam sastra klasik Nusantara dan membuka ruang kajian lanjut dalam perspektif gender, budaya, dan ideologi.

Diterbitkan

2025-12-29

Terbitan

Bagian

Artikel