KAJIAN HEGEMONI DALAM BERTINDAK TUTUR GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 1 PANGKEP KABUPATEN PANGKEP

SUPRIANI IDRIS

Abstract


Abstract

Hegemony is an embodiment of the power of the teacher as a managerial class emphasizes the bourgeois form of expression and like always indoctrinate students in several ways the application, run mechanism to maintain, and develop themselves through obedience to the students so that an attempt was made to influence and shape the minds of students.  In this study the function of hegemony representasidan described in learning Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep. This study used a qualitative research approach. The research data recorde of the speech act hegemony in learning Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep and field notes. The Sources of data were Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep. Thus, the data source of this research was all the Indonesian teacher who was still active in teaching. Technic of data collection were observation and recording. Analisis the data flow analysis performed by embracing the concept of data flow model of Miles and Huberman. The results showed that the hegemony of the acting teacher speaking on learning Indonesian in SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep represented in the follow-directive, assertive, and expressive. Representation hegemony in the follow-directive, the teacher as authority in the classroom using five types of directives, ie commands, requests, prohibitions, persilaan, questions, and rejection. The use of the speech act has a high level of restriction that tend to represent the dominating power. Hegemony in the follow-assertive representation, the teacher as authority in the classroom using three types of follow-assertive, that is asserted, indicating, mempertahankan. Using assertive showed the nature of the dominating power of the students. Follow-expressive anger represented in the form of teachers who also have high levels of restriction that is dominating. Hegemonic function of speech acts on learning Indonesian teacher at SMP Negeri 1 Bungoro Pangkep represented in the commission of preventive and corrective. Associated with preventive measures, hegemony functioned to prevent violations of the rules in learning. As corrective action, hegemony functioned to improve student actions, behavior of students in learning, and how students working in the task.

Key Words: Hegemony, speech acts, and learning

 

 

Abstrak

Hegemoni adalah suatu perwujudan kekuasaan guru sebagai manajerial kelas yang menekankan pada bentuk ekspresi dan layaknya borjuis yang selalu mendoktrin siswa melalui beberapa cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan, dan mengembangkan diri melalui kepatuhan para siswa sehingga upaya itu berhasil memengaruhi dan membentuk alam pikiran siswa. Dalam penelitian ini dideskripsikan representasidan fungsi hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data penelitian ini berupa rekaman tentang hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep dan catatan lapangan. Sumber data, yaitu  guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten PangkepJadi,  sumber data penelitian ini adalah semua guru bahasa Indonesia yang masih aktif dalam mengajar. Teknik pengupulan data yaitu observasi dan perekaman.Analisis data  dilakukan dengan menganut alur analisis data model alir konsep Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hegemoni dalam bertindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpresentasikan dalam tindak direktif, asertif, dan ekspresif. Representasi hegemoni dalam tindak direktif, guru sebagai pemegang kekuasaan di kelas menggunakan lima jenis direktif, yaitu perintah, permintaan, larangan, persilaan, pertanyaan, dan penolakan. Penggunaan tindak tutur tersebut mempunyai kadar retriksi tinggi sehingga cenderung merepresentasikan kekuasaan yang dominatif. Representasi hegemoni dalam tindak asertif, guru sebagai pemegang kekuasaan di kelas menggunakan tiga jenis tindak asertif, yaitu menegaskan, menunjukkan, mempertahankan.Penggunaan tindak asertif ini menunjukkan sifat kekuasaan yang dominatif terhadap siswa. Tindak ekspresif direpresentasikan dalam bentuk kemarahan guru yang juga memiliki kadar retriksi yang tinggi sehingga bersifat dominatif. Fungsi hegemoni tindak tutur guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep direpresentasikan dalam tindak preventif dan korektif. Terkait dengan tindakan preventif, hegemoni difungsikan untuk mencegah pelanggaran aturan dalam pembelajaran. Adapun tindakan korektif, hegemoni difungsikan untuk memperbaiki tindakan siswa, perilaku siswa dalam belajar, dan cara kerja siswa di dalam mengerjakan tugas.

 

Key Words:Hegemoni, tindak tutur, dan pembelajaran

Full Text:

PDF

References


Alwasilah, Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung : Angkasa.

Arman. 1997. “Analisis Implikatur Percakapan Bahasa Indonesia Penggalan Percakapan Harian Jawa Pos.”Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

Austin, J. L 1962. Performative Utterances.dalam Martinich, A. P. (Ed), The Philosophy of Language (halaman 130-139). New York: Oxford University Press.

Biklen and Bogdan, R.C., S.K. 1982. Qualitative Research for Education, An Intro¬duction toTheory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Brown, G., & YuleGeorge. 2006. Analisis Wacana. Diterjemahkan oleh Soetikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 1995. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Eriyanto. 2003. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKIS.

Fairclough, Norman. 1998. Critical Discourse Analysis. London: Longman.

Ibrahim, A. S. 1994. Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional.

Ibrahim, A. S. 1996. “Bentuk Direktif: Kajian Etnografi Komunikasi”.Disertasi. Tidak Diterbitkan. Surabaya: Universitas Airlangga.

Jumadi. 2005. Representasi Kekuasaan dalam Wacana Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. OKA. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Louise, Cummings. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Jakarta: Pustaka Belajar.

Mey, J.L. 1996. Pragmatics an Introduction. New York: Blackwell Oxford UK and Cambridge USA.

Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992.Qualitative Data Analysis.Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi R, 1992. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moeliono, Anton Moedarto Eds. 2005.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Depdikbud.

Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahardi, R. Kunjana. 2000. Imperatif dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Ridwan, H.T.A. 1998. “Pokok-pokok Pikiran mengenai Peran Bahasa dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara.”Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII Jakarta: Depdiknas.

Santoso, K. B 1990. Problematika Bahasa Indonesia (Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku).Jakarta: Rineka Cipta.

Searle, J.R. 1976.Indirect Speech Acts.Dalam Peter Cole dan Jerry L. Morgan. (Eds). Syntax and Semantic Volume 3 Speech Acts (hlm. 59-82). New York: Academic Press.

Thansoulas, Dimitros. 2001. Language and Power in Education. Oxford: Oxford University Press.




DOI: https://doi.org/10.26618/konfiks.v1i2.182

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2016 JURNAL KONFIKS

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

Creative Commons License
Journal Konfiks is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.