Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat Ammatoa dari Perspektif Interaksionisme Simbolik

Arni Arni

Abstract


Abstrak

Salah satu identitas yang melekat pada masyarakat adat Ammatoa adalah hutan. Bagi masyarakat adat Ammatoa, hutan dimaknai sebagai ibu yang harus dirawat dan dilestarikan. Makna yang melekat pada fungsi hutan sebagai penghubung antar Tuhan dan leluhur, ekologi dan sumber kehidupan merupakan bentuk Interaksionisme simbolik masyarakat adat Ammtoa antar sesama komunitas dan di luar komunitas masyarakat mereka yang bersumber dari pasang ri Kajang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna hutan bagi masyarakat adat Ammatoa melalui perspektif interaksionisme simbolik. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Studi Pustaka (Library Research). Sumber data penelitian menggunakan penelitian terdahulu. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagi masyarakat adat Ammatoa, hutan merupakan esistensi yang dibentuk oleh produk masa lalu yaitu Pasang ri Kajang (lingkungan dan adat) yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya di masa sekarang dan di masa depan agar fungsi hutan sebagai penghubung antar leluhur dan Tuhan, sebagai sumber kehidupan dan ekologi tetap terjaga eksistensi dan realitasnya. Makna hutan sebagai ibu dijadikan sebagai mekanisme atau alat control tindakan dan perilaku mereka agar hutan tetap terjaga kelestariannya. Makna hutan merupakan hasil dari interaksi simbolik yang dipelajari oleh masyarakat adat Ammatoa bersama komunitasnya secara kolektif, sadar dan turun temurun. Makna hutan dikomunikasikan oleh masyarakat adat Ammatoa baik secara individu, kelompok social dan masyarakat sehingga membentuk suatu pemahaman dari masyarakat umum tentang betapa berharga dan bernilainya hutan bagi masyarakat adat Ammatoa.

Keywords


Interaksionisme simbolik; hutan; makna; dan masyarakat adat Ammatoa

Full Text:

PDF

References


Adriyani, A. (2018). Ekoliterasi: Pendidikan Kontekstual Dan Pelestarian Lingkungan Dalam Masyarakat Adat Ammatoa Kajang. Universitas Gadjah Mada.

Akib, Y. (2008). Ammatoa: Komunitas Berbaju Hitam. Pustaka Refleksi.

Aksan, N., Kısac, B., Aydın, M., & Demirbuken, S. (2009). Symbolic interaction theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 1(1), 902–904. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2009.01.160

Disnawati. (2013). Penerapan Prinsip Hidup Kamase-Masea Masyarakat Adat Ammatoa Kajang, Bulukumba Sulawesi Selatan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam. Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan, 8(1), 83–90. https://doi.org/https://doi.org/10.14710/sabda.8.1.83-90

Hafid, A. (2013). Ammatoa: dalam Kelembagaan Komunitas Adat Kajang (Raodah (ed.)). De La Mac ca.

Häggström, M. (2019). Being in the forest—A matter of cultural connections with a natural environment. Plants People Planet, 1(3), 221–232. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/ppp3.10056

Imah, M. T., & Purwoko, B. (2018). Studi Kepustakaan Penerapan Konseling Neuro Linguistic Programming (NLP) Dalam Lingkup Pendidikan. Jurnal BK UNESA, 8(2). https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/view/23121/21158

Irianto, A. M. (2020). Interaksionisme Simbolik: pendekatan Antropologis Merespons Fenomena Keseharian. Gigih Pustaka Mandiri.

Khan Academy. (2014). Symbolic Interactionism, Society and Culture. Youtube.com. https://www.youtube.com/watch?v=Ux2E6uhEVk0

Kreye, M. M., Adams, D. C., Ghimire, R., Morse, W., Stein, T., & Bowker, J. M. (2017). Forest Ecosystem Services: Cultural Values. General Technical Report (GTR), 11–30. https://www.fs.usda.gov/treesearch/pubs/55474

Laird, S. A. (1999). Cultural and Spiritual Values of Biodiversity (pp. 347–397). Intermediate Technology Publications. https://www.researchgate.net/publication/300255318_Forests_Culture_and_Conservation

Mulyana, D. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Musi, S., & Fitriana. (2019). Pola Komunikasi Ammatoa dalam Melestarikan Kearifan Lokal Melalui Nilai Kamase-Masea di Kajang. Jurnal Komodifikasi, 7(2), 257–290.

Ritter, E., & Dauksta, D. (2013). Human–forest relationships: ancient values in modern perspectives. Environment, Development and Sustainability, 15(3), 645–662. https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s10668-012-9398-9

Sofiah, R., Suhartono, & Hidayah, R. (2020). Analisis Karakteristik Sains Teknologi Masyarakat (Stm) Sebagai Model Pembelajaran: Sebuah Studi Literatur. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 7(1), 1–18. https://doi.org/https://doi.org/10.25134/pedagogi.v7i1.2611

Syarif, F. K. (2021). Peran Masyarakat Adat Dalam Pelestarian Hutan. Wanaswara. https://wanaswara.com/peran-masyarakat-adat-dalam-pelestarian-hutan/

Tika, Z., Embas, M., Kasim, M., & Rosdiana. (2013). Ammatoa. Lembaga Kajian & Penulisan Sejarah Budaya Sulawesi Selatan.

Umiarso, & Elbadiansyah. (2014). Interaksionisme Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern. Rajawali press.




DOI: https://doi.org/10.26644/jko.v3i1.9078

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Jurnal Komunikasi dan Organisasi J-KO

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Kota Makassar, Prov. Sul-Sel 90221, Gedung Iqra Lantai 5, Prodi Ilmu Komunikasi
WA: +62811449192 (Chat Only)

email: jko@unismuh.ac.id

 


Creative Commons License

Jurnal Ilmu Komunikasi (J-KO) is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
 
 

View My Stats