Kajian Konsep Arsitektur Ramah Lingkungan pada Kawasan Kampung Vertikal di Kampung Cingised
Abstract
ABSTRAK: Kampung Vertikal Apartemen Rakyat Cingised merupakan desain yang masih tahap perencanaan yang didesain oleh Studio Akanoma masyarakat kota Bandung. Dari peta udara wilayah Cingised cukup padat dan rata-rata memiliki masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkoneksikan interaksi manusia dengan lingkungan dengan adanya fasilitas urban farming. Penerapan kampung vertikal sebagai alternatif bagi permasalahan kekurangan lahan, dapat dilakukan dengan menyusun konsep ramah lingkungan dengan meminimalisir pencemaran lingkungan pada kawasan tersebut, dan memperbaiki penataan kawasan kampung yang tidak teratur serta kumuh. Metode penelitian yang digunakan melalui pendekatan arsitektur ramah lingkungan melalui interkoneksi antara manusia dengan lingkungannya, bangunan dengan alam, manusia dengan sesamanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan berupa sawah disikapi dengan membuat bangunan apartemen bentuk panggung, di bawah panggung tetap berupa tanah, tetapi dibuat banyak lubang biopori agar air hujan masih dapat meresap ke dalam tanah, meskipun di atasnya ada bangunan. Desain apartemen menyediakan ruang-ruang kerja semacam bengkel bambu, aneka perkebunan, juga koridor-koridor hunian yang memungkinkan penghuni dapat berjualan, serta ruang-ruang interaksi sosial lainnya. Bangunan didesain berundak sehingga menghadirkan ruang sosial dan terbuka di semua lantai. Unit-unit hunian yang kecil membutuhkan ruang luar agar penghuni tidak terus menerus hidup di ruang yang sempit, sesekali bisa keluar pintu dan berinteraksi langsung dengan alam dan sesamanya. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan konsep interkoneksi kampung vertikal yang ramah lingkungan memberikan manfaat berupa sebuah ruang gerak yang luas sesuai budaya kampung dengan nilai tambah, suasana hijau yang lebih bersih, dan ramah terhadap lingkungan sekitar yang membuat lingkungan menjadi lebih asri.
Kata kunci: Fasilitas sosial, interaksi manusia, kampung vertikal, lingkungan, urban farming
ABSTRACT: The Vertical Village of the Cingised People’s Apartment is a design that is still in the planning stage designed by Studio Akanoma, the people of the city of Bandung. The Cingised area is quite dense and has an average population of the middle and lower classes from the aerial map. The purpose of this study is to connect human interaction with the environment with urban farming facilities. The application of vertical villages as an alternative to the problem of lack of land can be done by developing an environmentally friendly concept by eliminating environmental pollution in the area and improving the arrangement of sites that are not as well as regular. The
research method used is an environmentally friendly approach through the interconnection between humans and their environment, buildings and nature, humans and each other. The results showed that the land in the form of rice fields was treated by making apartment buildings in the form of soil, but many biopore holes were made so that rainwater could still seep into the ground, even though there were buildings on it. The apartment design provides work spaces such as bamboo workshops, various plantations, as well as corridors or residences that allow for selling, as well as other social interaction spaces. The building is designed with terraces so that it presents a social and open space on all floors. Residential units that require outdoor space so that residents do not continue to live in small spaces, can go out the door and interact directly with nature and each other. The conclusion of this study shows that the use of an environmentally friendly vertical village interconnection concept provides benefits in the form of a large space for movement according to village culture with added value, a cleaner atmosphere, and friendly to the surrounding environment which makes the environment more beautiful.
Keywords: Social facilities, human interaction, vertical village, environment, urban farming
Full Text:
PDFReferences
Y. Sing, Kampung Vertikal Cingised, 2011. [Online]. Available:
http://rumahyusing.blogspot.com/2016/03/apartemen-rakyat-cingised-bandung.html
N. R. N. Aziza et al., “Kampung Vertikal di Bantaran Kali Code, Gondomanan, Yogyakarta Dengan
Pendekatan Arsitektur Ekologis,” 2019.
S. F. A. Amin, “Analisis Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Pemukiman Padat Di Kecamatan Rappocini
Kota Makassar,” Jurnal Linears, vol. 1, no. 1, pp. 43–47, 2018.
E. Budihardjo, Sejumlah masalah pemukiman kota. Alumni, 1992.
C. Pugh, “Housing in Singapore: the effective ways of the unorthodox,” Environment and Behavior, vol. 19,
no. 3, pp. 311–330, 1987.
E. Y. Suminar, “Kampung Vertikal Kalianyar dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku,” 2016.
G. O. I. Cahyandari, “INTRODUCING VERTICAL HOUSING TO THE RURAL BEHAVIOUR IN
INDONESIA,” ADVANCING INCLUSIVE RURAL DEVELOPMENT AND TRANSFORMATION IN A
CHALLENGING ENVIRONMENT, vol. 360, 2016.
O. T. Arwanda et al., “KAMPUNG VERTIKAL DI KAWASAN KAMPUNG ARAB ILIR TIMUR,
PALEMBANG “Dengan Pendekatan Eco-Building dan Provider Udara Bersih Bagi Lingkungan”,” 2018.
D. MAIRANI et al., “High-rise apartment di kawasan maguwoharjo konsep green building pada high-rise
apartment dengan penekanan pada konservasi air dan efisiensi energi,” 2018.
S. Y. Taaluru, J. O. Waani, and F. Warouw, “Kampung Vertikal Di Sindulang ‘Humanisme Dalam
Arsitektur’,” Skripsi, Sam Ratulangi University, 2015.
D. Roshaunda, L. Diana, L. P. Caroline, S. Khalisha, and R. S. Nugraha, “Penilaian Kriteria Green Building
Pada Bangunan Gedung Universitas Pembangunan Jaya Berdasarkan Indikasi Green Building Council
Indonesia,” WIDYAKALA: JOURNAL OF PEMBANGUNAN JAYA UNIVERSITY, vol. 6, pp. 29–46, 2019.
A. Rozak et al., “Kampung Vertikal di Muara Angke Jakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis,”
Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2017.
R. Rohana, “Konsep Pengembangan Lingkungan Pemukiman Berbasis Komunitas di Kawasan Lakkang Kota
Makassar,” Jurnal Linears, vol. 1, no. 1, pp. 35–42, 2018.
H. G. Gunawan, “Kampung Vertikal Plemahan Surabaya,” eDimensi Arsitektur Petra, vol. 3, no. 2, pp. 537–
, 2015.
D. Asikin, R. P. Handayani, and T. Mustikawati, “Vertical Garden dan Hidroponik sebagai Elemen
Arsitektural di Dalam dan di Luar Ruangan,” RUAS (Review of Urbanism and Architectural Studies), vol. 14,
no. 1, pp. 34–42, 2016.
S. Yuliani, W. Setyaningsih, and Y. Winarto, “Strategi Penataan Kawasan Pantai Klayar Pacitan Sebagai
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Dengan Prinsip Arsitektur Ekologis,” RUAS (Review of Urbanism and
Architectural Studies), vol. 16, no. 2, pp. 1–12, 2019.
A. S. Dollah and R. Rasmawarni, “Struktur Sebaran Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar,” Jurnal Linears,
vol. 2, no. 1, pp. 8–17, 2019.
A. D. Nur’aini, “Urban Farming dalam Kampung Vertikal sebagai Upaya Efisiensi Keterbatasan Lahan,”
Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017.
A. Y. Permana, “Eco-architecture Sebagai Konsep Urban Development di Kawasan Slums dan Squatters Kota
Bandung,” 2012.
DOI: https://doi.org/10.26618/j-linears.v4i2.5454
Copyright (c) 2021 Jurnal Linears
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
Jurnal Linears is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.