KESULTANAN ISLAM BUTON (TINJAUAN HISTORIS)
Abstract
Penyebaran Islam berlangsung sangat cepat dalam lingkungan masyarakat Nusantara. Agama yang dibawa oleh para pedagang Arab ini lebih mudah diterima di kalangan masyarakat Nusantara. Buton termasuk yang menerima dampak Islamisasi di Nusantara. Islam sudah ada di Buton sejak tahun 933 H atau 1527 M. Dalam salah naskah kanturuna mohelana dijelaskan bahwa ada pertemuan antara Turki, Kompeni, Buton, Bone, dan Ternate pada 1 Muharam 872 H atau 1467 M. Salah satu tradisi masyarakat setempat mengatakan bahwa Islam masuk di Lasalimu dibawa oleh Sultan Ternate, Baabullah. Setelah Islam masuk ke Buton, penduduk pribumi kemudian mempelajari dasar-dasar dari agama tersebut. Beberapa orang diantara mereka belajar konsep Islam sampai tingkatan tassawuf. Para cerdik pandai Islam di kalangan masyarakat Buton kemudian berinisiatif untuk mengembangkan ajaran agama Islam di seluruh wilayah Buton. Hasilnya, masyarakat Buton, khususnya kalangan Istana, melaksanakan sistem pemerintahan dengan dilandasi paham “Martabat Tujuh”, bahkan menjadi ideologi negara dan setiap sultan wajib memahami ajaran agama Islam sampai pada tingkatan tarekat, karena hal tersebut menjadi salah satu prasyarat diangkatnya seseorang menjadi sultan atau perangkat kesultanan di Buton.
Kata Kunci: Islam di Buton; Kesultanan Buton; Penyebaran IslamFull Text:
PDFReferences
Aceaux, J.C., 2004, Wolio Dictionary (Wolio-English-Indonesian). Holand: ForiPublication.
Azra, Azyumardi, 2004, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII akar Pembaruan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.
B, Burhanuddin, dkk., 1977, Sejarah Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. 1977.
Berg, E.J. van den, 1939, “Adatgebruiken in verban met de sultansinstallatie in Boeton”, TBG 79:469-528.
Bruinesen, Martin van, 1995, Kitab Kuning Pesanren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam Indonesia. Bandung: Mizan.
Couvreur, J., 2001, Sejarah dan Kebudayaan Kerajaan Muna. Penerjemah Rene van den Berg. Kupang: Artha Wacana Press.
Djamaris, Edwar, 1983, Khabar Akhirat Dalam Hal Kiamat. Jakarta: Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah.
Hasaruddin, 2005, Kabanti Paiasa Mainawa; Sebuah Kajian Filologi. Tesis Magister PPs Unpad. Bandung.
Ikram, Achadiati, 2001, Katalog Naskah Buton Koleksi Abdul Mulku Zahari. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ligtvoet, A., 1878, “Beschrijving en Geschiedenis van Buton”, BKI Vol. 26. “s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.
Munawwir, A.W., 2002, Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif.
Muthahhari, 1986, Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara. Jakarta: Gramedia.
Poerwadarminta, W.J.S., 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sabirin, Falah, 2011, Tarekat Sammaniyah di Kesultanan Buton Kajian Naskah-Naskah Buton. Tangeran: YPM.
Sangidu, 2003, Wahdatul Wujud: Polemik Pemikiran Sufistik Antara Hamzah Fanshuri dan Syamsuddin as-Samatrani dengan Nuruddin ar-Arniri., Yogyakarta: Gama Media.
Schoorl, J.W., 1985, “Power, Ideology and Change in The Early State of Buton”. Makalah. Disajikan pada saat kongres Indonesia-Belanda yang ke-5. Gravenhag. Belanda.
Suryadi, 2005, “Surat-Surat Sultan Buton XXVI Muhyuddin Abdul Gafur Kepada Kompeni Belanda”. Makalah disajikan pada Simposium Internasional IX. Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Tahir Al-Haddad Al-Habib Alwi bin, 1995, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. Penerjemah Shahab S. Dhiya. Jakarta: Lentera.
Yunus, Abdul Rahim, 1995, Posisi Tasawuf dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Dalam Abad Ke-17. Jakarta: INIS.
Zaenu, La Ode, 1985, Buton Dalam Sejarah Kebudayaan. Surabaya: Suradipa.
Zahari, A.M, 1977, Sejarah dan Adat Fiy Darul Butuni. Jakarta: Balai Pustaka.
Zuhdi, Susanto, 1999, “Labu Rope Labu Wana: Sejarah Butun Abad XVII-XVII”.
Disertasi dalam bidang Ilmu Pengetahuan Budaya. Universitas Indonesia, Jakarta.
Zuhri, Saifuddin, 1965, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia. Al Ma’arif. Bandung
Refbacks
- There are currently no refbacks.