PERAN FAKTOR LINGKUNGAN DALAM OPTIMALISASI BUDIDAYA Kappaphycus alvarezii
Abstract
Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan karena kemudahan dalam produksi dan pengolahan pascapanen serta perannya sebagai sumber utama kappakaraginan yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak digunakan dalam berbagai industri. Untuk mendukung keberlanjutan produksi, diperlukan budidaya yang memperhatikan faktor lingkungan, seperti nutrisi air, kecerahan, aliran air, suhu, dan salinitas, yang saling berinteraksi memengaruhi fotosintesis, metabolisme, dan keseimbangan fisiologis rumput laut. Salinitas optimal (30–35 ppt) dan suhu ideal (28°C) terbukti penting dalam mendukung pertumbuhan maksimum, sementara metode budidaya seperti keramba jaring apung dan rakit apung memberikan hasil produksi yang lebih baik dibandingkan metode lainnya. Artikel ini membahas karakteristik biologis K. alvarezii, mulai dari morfologi hingga habitat idealnya, serta mengulas berbagai perlakuan budidaya untuk jenis-jenis rumput laut lain yang memberikan wawasan tentang strategi optimal dalam meningkatkan hasil dan kualitas K. alvarezii. Temuan ini menjadi dasar pengembangan budidaya yang efisien dan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem alami.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Anwar, F., Djunaedi, A., & Gunawan, W. S. (2013). Effect of different concentrations of KOH on alginate quality of brown seaweed Sargassum duplicatum J. G. Agardh. Journal of Marine Research, 2(1), 7–14.
Asni, A. (2015). Analisis produksi rumput laut (K. alvarezii) berdasarkan musim dan jarak lokasi budidaya di perairan Kabupaten Banteng.
Arisandi, A., Marsoedi, H., Nursyam, A., & Sartimbul, A. (2011). Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap morfologi, ukuran dan jumlah sel, pertumbuhan serta rendemen karaginan Kappaphycus alvarezii. Jurnal Ilmu Kelautan, 16(3), 143–150.
Dawes, C. J. (1981). Marine botany. Wiley- Interscience Publication, University of South Florida.
Daniel, B. A. (2012). Produktivitas rumput laut Kappaphycus alvarezii yang dibudidayakan oleh masyarakat pesisir. Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Doty, M. S., & Norris, J. N. (1985). Biotechnological and economic approaches to industrial development based on marine algae in Indonesia. Workshop on Marine Algae in Biotechnology, Jakarta, 11–13 Desember 1985. National Academy Press.
Eggert, A. (2012). Seaweed responses to temperature. In C. Wiencke & K. Bischof (Eds.), Seaweed biology: Novel insights into ecophysiology, ecology and utilization (pp. 47–66). Springer.
Fikri, M., Rejeki, S., & Widowati, L. L. (2015). Produksi dan kualitas rumput laut (Eucheuma cottonii) dengan kedalaman berbeda di perairan Bulu Kabupaten Jepara. Journal of Aquaculture Management and Technology, 4(2), 67–74.
Hayashi, L., de Paula, E. J., & Chow, F. (2007). Growth rate and carrageenan analyses in four strains of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) farmed in the subtropical waters of Sao Paulo State, Brazil.
Hitler, S. (2011). Pengaruh berat bibit awal yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar keragenan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) varietas cokelat menggunakan metode vertikultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo, Kendari.
Hui, G., Zhongmin, S., & Delin, D. (2014a). Effect of temperature, irradiance on the growth of the green algae Caulerpa lentillifera (Bryopsidophyceae, Chlorophyta). Chinese Journal of Applied Phycology. https://doi.org/10.1007/s10811-014- 0358-7
Irawati, Badraeni, Abustang, & Tuwo, A. (2016). Pengaruh perbedaan bobot thallus terhadap pertumbuhan rumput laut Kappaphycus alvarezii strain coklat yang dikayakan. Jurnal Rumput Laut Indonesia, 1(2), 82–87.
Izzati, M. (2004). Kejernihan dan salinitas perairan tambak setelah penambahan rumput laut, Sargassum plagyophyllum dan ekstraknya. Laboratorium Biologi dan Struktur Tumbuhan, Jurusan Biologi, FMIPA, Undip Semarang.
Kadi, A., & Atmadja, W. S. (1988). Rumput laut (Algae): Jenis, reproduksi, produksi, budidaya, dan pasca panen. Proyek Studi Potensi Sumberdaya Alam Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Osenologi, LIPI, Jakarta.
Knudsen, N. R., Tutor Ale, M., Ajaloueian, F., & Yu, L. (2017). Rheological properties of agar and carrageenan from Ghanaian red seaweed. Journal of Food Hydrocolloids, 63, 50–58.
Lapointe, B. E. (1987). Phosphorus and nitrogen limited photosynthesis and growth of Gracilaria tikvahiae (Rhodophyceae) in the Florida Keys: An experimental field study. Marine Biology, 93(4), 561–568.
Lobban, C. S., & Wynne, M. J. (Eds.). (1981). The biology of seaweeds (Vol. 17). University of California Press.
Neksidin, Utama, K., Pengerang, & Emiyarti. (2013). Studi kualitas air untuk budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di perairan Teluk Kolono Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia, 3(12), 147–155.
Nicholls, R. E. (1993). Hidroponik tanaman tanpa tanah. Dahara Prize.
Nurdjana, M. L. (2005). Iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan akuakultur di Indonesia. Disampaikan pada Konferensi Nasional Akuakultur, Makassar, 23–25 November 2005.
Oedjoe, M. D. R., Linggi, Y., & Tobuku, R. (2020). Effect of the dry season on growth, production of seaweed Kappaphycus alvarezii in Tesabela waters, Kupang Regency, East Nusa Tenggara, Indonesia. International Journal of Mechanical and Production Engineering Research and Development (IJMPERD), 10(3), 3167–3172.
Oedjoe, M. D. R., Kangkan, A. L., Turupadang, W., Lukas, A. Y., & Liufeto, F. C. (2022). Seaweed (Kappaphycus alvarezii) condition exposed to temperature change in Sulamu waters, Kupang Regency, East Nusa Tenggara, Indonesia. Journal of Positive School Psychology, 6(2), 407–418.
Parenrengi, A., Suryati, E., & Rachmansyah. (2007). Penyediaan benih dalam menunjang kebun bibit dan budidaya rumput laut, Kappaphycus alvarezii. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Riset Kelautan dan Perikanan, Jakarta, 7 Agustus 2007.
Parenrengi, A., & Sulaeman. (2010). Mengenal rumput laut, Kappaphycus alvarezii. Media Akuakultur, 2(2), 142–146.
Round, F. E. (1977). The biology of the algae. Edward Arnold Publisher.
Sulistidjo. (2002). Penelitian budidaya rumput laut (Algae makro/seaweed) di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Akuakultur, LIPI, Pusat Penelitian Oseanografi, Jakarta.
Tarman, K., Kustiariyah, Sadi, U., Santoso, J., Hardjito, L., & Kim. (2020). Carrageenan and its enzymatic extraction. In Seaweed polysaccharides: Isolation, biological, and biomedical applications (pp. 147– 159). Wiley. https://doi.org/10.1002/9781119143802. ch7
Xiong, I., & Zhu, J. K. (2002). Salt tolerance in the Arabidopsis. American Society of Plant Biologists.
Wardoyo, S. E. (1992). Potensi budidaya rumput laut di Sulawesi Utara. Buletin Penelitian Perikanan No. 1.
Yuniarsih, E., Nirmala, K., & Radiata, I. N. (2014). Tingkat penyerapan nitrogen dan fosfor pada budidaya rumput laut berbasis IMTA (Integrated Multi-Trophic Aquaculture) di Teluk Gerupuk, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Riset Akuakultur, 9(3), 487–500.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2024 Yuli Andriani, Rusky I. Pratama, Aisyah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

OCTOPUS: Jurnal Ilmu Perikanan under by Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License.