KELOMPOK WANITA TANI NELAYAN DALAM PENGOLAHAN PRODUK MAKANAN LOKAL CHAO DI PESISIR HUTAN MANGROVE DESA BONTO MATENE KECAMATAN SEGERI KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN
Abstract
Salah satu ekosistem hutan yang memiliki kerentanan tinggi terhadap kerusakan adalah hutan mangrove di wilayah pesisir kabupaten Pangkep. Pemanfaatan hutan mangrove sebagai sumber kayu bakar dan alih fungsi lahan menjadi tegalan dan pemukiman serta tekanan ekonomi masyarakat pesisir turut mempercepat degradasi hutan mangrove. Hal ini menyebabkan turunnya produktifitas ikan yang selama ini banyak ditemukan pada ekosistem hutan mangrove. Penurunan produktifitas ini turut mempengaruhi kearifan lokal masyarakat pesisir berupa penurunan produksi makanan khas tradisional Pangakep yang disebut “chao” yang berbahan baku ikan mairo yan difermentasi secara konvesional. Padahal makanan ini merupakan kekayaan nusantara yang perlu dilestarikan. Oleh karena itu pelestarian kekayaan nusantara ini perlu dilestarikan dengan meningakatkan peran kelompok wanita tani nelayan dalam produksi makanan chao. Meskipun demikian kelompok wanita tani nelayan ini perlu dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan kewirausahaan serta perlunya pengenalan imu dan pengetahuan (ipteks) terutama teknologi bioproses pengolahan chao. Selain itu teknologi pengolahan chao perlu dipadukan dengan pemberian pengetahuan konservasi mangrove dan manajemen hutan mangrove perlu diberikan untuk mendukung program ini, sehingga ipteks ini diharapkan dapat mendukung konservasi wilayah pesisir, pelestarian makanan tradisonal sebagai kekayaan bangsa, peningkatan pendapatan masyarakat serta ketahanan pangan masyarakat pesisir.
Kegiatan ini menghasilkan : 1) Telah timbul pemahaman dan kesadaran masyarakat mitra mengenai pentingnya melestarikan produk makanan chao sebagai produk lokal sebagai makanan khas masyarakat Pangkep. 2) Telah terjadi alih teknologi proses produksi utamanya proses pengemasan dan pemasaran kepada masyarakat mitra, sehingga masyarakat mitra mampu melakukan proses produksi secara mandiri. 3) Timbulnya kesadaran masyarakat mitra dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada disekitar pesisir hutan mangrove. 4) Masyarakat mitra sangat antusias memproduksi produk chao untuk peningkatan ekonomi secara mandiri
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Budianto, J. (2002). Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Pada Era Globalisasi. Monograph Series No.22. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Balitbang Deptan. Jakarta.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2010. Roadmap Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan 2010-2025. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta
FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.
Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (1). 15-21.
Hartini, S., Guridno Bintar Saputro, M. Yulianto, Suprajaka. 2010. Assessing the Used of Remotely Sensed Data for Mapping Mangroves Indonesia. SELECTED TOPICS in POWER SYSTEMS and REMOTE SENSING. In 6th WSEAS International Conference on REMOTE SENSING (REMOTE ’10), Iwate Prefectural University, Japan. October 4-6, 2010; pp. 210-215.
KLH. 2008. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2007. Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 BERKEMAJUAN : JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.