STUDI KOMPARATIF SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN GOWA DAN BONE DALAM PERSPEKTIF OTONOMI DAERAH
Abstract
Tujuan penelitian untuk: (1) mengkaji sistem pemerintahan pada masa Kerajaan Gowa, (2) mengkaji sistem pemerintahan pada masa Kerajaan Bone, dan (3) membandingkan sistem pemerintahan antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone sekaligus membandingkan sistem pemerintahan otonomi daerah yang dianut Indonesia saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu: (1) survei lokasi dan wawancara, dan (2) studi pustaka yaitu mengumpulkan sejumlah referensi yang membahas sistem pemerintahan pada kedua kerajaan yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone baik dalam bentuk buku maupun dalam bentuk hasil penelitian skripsi, tesis, dan disertasi serta jurnal-jurnal sejarah. Selain itu membaca referensi yang membahas tentang sistem pemeritah daerah sebagai referensi pembanding. Berdasarkan hasil kajian dan analisis maka penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: (1) sistem pemerintahan Kerajaan Gowa pada awalnya menganut sistem desantralistik karena bate salapang mempunyai hak dan kewenangan mengatur daerahnya atau negerinya masing-masing, sedangkan paccallaya hanya berfungsi sebagai koordinatif. Namun setelah Kerajaan Gowa diperintah oleh Tomanurung sebagai Raja yang bergelar sombaya, maka sistem bate salapang dari penguasai negeri berubah menjadi pengabdi, dan cenderung bersifat sentralistik, (2) sedangkan sistem pemerintahan Kerajaan Bone menganut sistem sentralistik karena mangkau sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tidak memberika kuasa kepada adat pitue sebagai pejabat pada tingkat gallarrang atau matoa-matoa pada setiap negeri dan kekuasaan dikendalikan langsung oleh mangkau sebagai raja, dan (3) hasil kajian menyimpulkan bahwa sistem pemerintahan Kerajaan Gowa pada awalnnya identik sistem pemerintahan desantralistik yang kita kenal dengan sistem otonomi daerah saat ini, sedangkan sistem pemerintahan Kerajaan Bone identik dengan sistem pemerintahan sentralistik yang diterapkan pada masa orde baru
Kata Kunci: Komparatif; sistem pemerintahan sentaralistik; desentralistik
Full Text:
PDFReferences
Hadimuliono & Muttalib, A.M. (1979). Sejarah Kuno Sulawesi Selatan. Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Perbukala Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
Jurnal Walasuji Vol.10, No.2, desember (2019). Jurnal hubungan politik antara kerajaan Gowa, Bone, Soppeng, dan Wajo.
Limpo, S.Y., Culla A.S., & Tika, Z. (1995). Profil Sejarah Budaya dan Pariwisata Gowa. Pemerintah Daerah Tingkat II, Gowa Kerjasama Dengan Yayasan Eksponen 1966, Gowa Sulawesi Selatan Indonesia.
Malli, R. (2019). Pemahaman Masyarakat Gowa tentang nilainilai pendidikan islam yang terintegrasi dalam sarak sebagai unsur pangngadakkang di Kab Gowa. Jurnal Visipena Vol 10, No 2.
Malli, R. (2019). Penerapn nilai-nilai pendidikan Islam dalam Sarak (syariat) Sebagai Unsur Pangngadakkang (tradisi) bagi masyarakat Gowa. Jurnal Tarbawi Vol 4 No 2.
Mattulada (1982). Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah. Bhakti Baru Berita Utama, Ujung Pandang, Indonesia.
Mattulada (1985). Suatu Lukisan Analitis Terhadap Antprologi Orang Bugis. Guru Besar Antroplogi Universitas Hasanuddin dan Universitas Tadulako. Gadjah Mada University Yogyakarta, Indonesia
Mukhlis dan Ribinson K. (1985). Agama dan Realitas Sosial. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Poelinggomang, Edward I, dkk (2004). Sejarah Sulawesi Selatan Jiid I. Makassar: Badan penelitian dan pengembangan daerah (balibangda) proinsi Sulawesi Selatan.
Rahman A.R. (1992). Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Hasanuddin University Press, Makassar
Rapar, JH. (2002). Filsafat Politik; Plato, Aristoteles, Agustinus, Machiavenlli (Jakarta: Paradotama Wiragemilang).
Sagimun M.D. (1986). Sultan Hasanuddin Menantang V.O.C. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarat, Indonesia
Sambu A. H. (2016). Sejarah Kajang. Yayasan Pemerhati Sejarah Sulawesi Selatan Indonesia. Lingkar Media Yogyakarta, Indonesia.
Satria A. (2003). Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. PT. Pustaka Cidesindo, Jakarta Selatan Indonesia.
Zainuddin Tika, Lontarak Mangkasara. Ungkapan tentang kejujuran ini adalah dalam buku matthes, Makassarchhe Chrestomathie (Amsterdam: Gedrukt ED, 1992).
Refbacks
- There are currently no refbacks.